Transistor Testing
1. Pendahuluan [kembali]
Pengenalan pengujian transistor dalam elektronik dimulai dengan menyoroti peran transistor sebagai komponen kunci dalam berbagai perangkat elektronik, seperti penguat sinyal, sakelar elektronik, dan osilator. Dalam konteks ini, pengujian transistor menjadi sangat penting untuk menjamin kualitas dan keandalan perangkat elektronik yang menggunakan transistor. Pengujian transistor membantu mengidentifikasi transistor yang rusak atau tidak berfungsi sebelum diintegrasikan ke dalam perangkat elektronik, sehingga menghemat waktu dan biaya dalam proses produksi. Selain itu, pengujian transistor juga penting untuk pemeliharaan peralatan elektronik yang ada karena membantu mendeteksi kerusakan transistor yang mungkin disebabkan oleh pengaruh lingkungan atau penggunaan yang berlebihan. Pengujian transistor yang tepat memungkinkan teknisi dan insinyur memastikan kualitas dan kinerja perangkat elektronik yang optimal, sehingga meningkatkan efisiensi dan daya tahan perangkat tersebut. Oleh karena itu, untuk mengembangkan dan memelihara perangkat elektronik yang andal dan berkualitas tinggi, penting untuk memiliki pemahaman yang baik tentang cara pengujian transistor dan prinsip pengoperasiannya.2. Tujuan [kembali]
1.
Untuk mengetahui apa itu Transistor
2. Untuk
mengetahui perbedaan jenis-jenis Transistor
3. Untuk mengetahui cara mengukur Transistor
3. Alat dan Bahan [kembali]
- Alat
Ohmmeter
Ohmmeter merupakan alat elektronik yang dirancang khusus untuk membantu dalam mengukur resistansi suatu objek, independen dari jenis objek tersebut.
- Bahan
Transistor
Transistor merupakan sebuah alat semikonduktor yang dapat dipakai sebagai penguat, sebagai sirkuit pemutus dan penyambung arus (switching), stabilisasi tegangan, dan modulasi sinyal. Umumnya, transistor memiliki 3 terminal (kaki), yaitu Basis, Emitor, dan Kolektor.
4. Dasar Teori [kembali]
Transistor merupakan salah satu Komponen Elektronika Aktif yang paling sering digunakan dalam rangkaian Elektronika, baik rangkaian Elektronika yang paling sederhana maupun rangkaian Elektronika yang rumit dan kompleks. Transistor pada umumnya terbuat dari bahan semikonduktor seperti Germanium, Silikon, dan Gallium Arsenide. Secara umum, Transistor dapat dibagi menjadi 2 kelompok Jenis yaitu Transistor Bipolar (BJT) dan Field Effect Transistor (FET).
Transistor Testing dapat dilakukan dengan multimeter digital maupun analog. Pada prisnsipnya untuk menguji atau cara test transistor adalah dengan menguji fungsi dasar transistor sebagai saklar. Apabila fungsi dasar transistor sebagai saklar dapat dilakukan oleh transistor tersebut maka transistor dalam keadaan baik. Transistor sebagai skalar adalah transistor akan mengalirkan arus antara kolektor dan emeitor pada saat basis diberi tegangan bias dan sebaliknya pada saat basis tidak diberi tegangan bias maka tidak boleh ada arus yang mengalir antara kolektro dan emitor transistor.
Pada Gambar. 3.26a yang dapat mengukur berbagai tingkat dalam jaringan. Pada Gambar 3.26b dapat digunakan untuk menguji transistor, JFET , dan SCR masuk dan keluar dari rangkaian. Dalam semua kasus, daya pertama-tama harus dimatikan ke sirkuit di mana elemen tersebut muncul untuk memastikan bahwa baterai internal penguji tidak rusak dan untuk memberikan pembacaan yang benar. Setelah transistor terhubung, sakelar dapat dipindahkan melalui semua kemungkinan kombinasi hingga lampu uji menyala dan mengidentifikasi terminal transistor.
Resistansi forward-bias dan
reverse-bias dapat diperiksa seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.27.
Persimpangan reverse-biased baseto-collector (sekali lagi reverse-bias oleh suplai internal) harus diperiksa seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 3.28.
5. Percobaan [kembali]
a) Prosedur percobaan
- Siapkan komponen rangkaian yang dibutuhkan
- Rangkai komponen menjadi sebuah rangkaian
- Lakukan simulasi rangkaian pada proteus
- Analisis rangkaian yang telah dibuat
Ohmmeter atau skala resistansi multimeter digital (DMM) dapat digunakan untuk memeriksa keadaan transistor. Ingatlah bahwa untuk transistor di daerah aktif, sambungan basis-emitor mendapat bias maju dan sambungan basis-kolektor mendapat bias mundur. Oleh karena itu, pada dasarnya, persimpangan dengan bias maju harus menunjukkan resistansi yang relatif rendah, sedangkan persimpangan dengan bias balik menunjukkan resistansi yang jauh lebih tinggi. Untuk transistor npn, sambungan bias maju (dibias oleh suplai internal dalam mode resistansi) dari basis ke emitor harus diperiksa seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.27 dan menghasilkan pembacaan yang biasanya berada pada kisaran 100 Ω hingga beberapa kilohm. Persimpangan basis-ke-kolektor dengan bias balik (sekali lagi dibias balik oleh suplai internal) harus diperiksa seperti ditunjukkan pada Gambar 3.28 dengan pembacaan biasanya melebihi 100 k. Untuk transistor pnp, kabelnya dibalik untuk setiap sambungan. Jelasnya, resistansi besar atau kecil di kedua arah (membalikkan kabel) untuk sambungan transistor npn atau pnp menunjukkan adanya perangkat yang rusak.
Jika kedua sambungan transistor menghasilkan pembacaan yang diharapkan, jenis transistor juga dapat ditentukan hanya dengan mencatat polaritas kabel seperti yang diterapkan pada sambungan basis-emitor. Jika kabel positif (+) dihubungkan ke basis dan kabel negatif (-) ke emitor, pembacaan resistansi rendah akan menunjukkan transistor npn. Pembacaan resistansi yang tinggi akan menunjukkan transistor pnp. Meskipun ohmmeter juga dapat digunakan untuk menentukan kabel (basis, kolektor, dan emitor) suatu transistor, diasumsikan bahwa penentuan ini dapat dilakukan hanya dengan melihat orientasi kabel pada casing.
c) Video Simulasi
6. Download File [kembali]
- Simulasi Rangkaian Proteus klik disini
- Video Simulasi Rangkaian Proteus klik disini
- Datasheet transistor klik disini
- Datasheet ohmmeter klik disini
Comments
Post a Comment